SEL Membangkitkan Lagi Relikui Kenangan

SEL Membangkitkan Lagi Relikui Kenangan

ROCKMAGZ.id – Memasuki 2023, unit industrial berbahaya yang tergabung dalam SEL melepas lagu terbaru dengan intensitas bising yang selama ini menjadi karakter bermusik mereka. Diberi tajuk “Episode Robotik”, lagu ini seakan menjawab kebangkitan mereka setelah tertidur lebih dari dua dekade. SEL masih memiliki energi.

SEL memandang masa lalu adalah fragmen memori yang menjadi hal yang berujung kenangan di benak, namun juga penanda satu hal yang kerap mengusik siapapun. Urusan yang belum selesai ataupun berhenti dengan baik, dan menjadi kegelisahan yang butuh jawaban. Hal ini terjadi pada Makki dan Riza, keduanya memiliki band industrial berbahaya di akhir tahun 1990 bernama SEL yang kemudian terhenti begitu saja setelah merilis album penuh bertitel Suara Sunyi (1999).

Anoa Records akhirnya merilis kembali kaset EP SEL yang dirilis 1996, bertitel Relikui. Dua puluh lima tahun kemudian, SEL memilih untuk membangkitkan kembali relikui kenangan mereka yang terhenti tak lama merilis album Suara Sunyi. Demo EP yang diberikan nama Relikui ini adalah fragmen deru mesin yang penting bagi wajah skena musik alternative lokal saat itu.

Proses penyelamatan materi-materi dari kaset asli SEL tersebut melibatkan Irama Nusantara melalui David Tarigan. Remastering dibantu oleh Yehezkiel Tambun, basis Sharesprings yang sebelumnya membantu untuk remastering materi-materi Sieve. “Lega rasanya, ada banyak tangan dari pertemanan yang membantu kami,” ungkap Riza lagi.

Album Demo EP Relikui berisikan 4 lagu plus 2 lagu Remix terbaru. Single utama dari EP ini berjudul Liar Terbakar (OriginMix) yang direkam ulang oleh Makki dan Riza, dibantu Mega Dirgantara yang menjadi personil anyar SEL. “Mega dulu punya band industrial keren juga, namanya Ralat. Sekarang SEL bertiga, dan sudah mulai membuat materi-materi terbaru,” kata Riza lagi.

Dibentuk pada tahun 1996, di Bandung, SEL menjadi sedikit band terawal di skena lokal yang memainkan musik industrial ketika itu, bersama Syc Minded dan Koil. Band ini sendiri lahir dari pertemanan dekat antara Riza (synth, keys) dan Ademus (vokal – almarhum) yang menyukai band-band industrial macam Nine Inch Nails, Ministry, dan sejenisnya. Radom (gitar) dan Makki (basis) kemudian bergabung tak lama kemudian.

Ketika itu memang bisa dibilang SEL menjadi salah satu band lokal yang pertama kali merespon musik industrial. Tak lama berdiri, mereka kemudian merilis sebuah Demo EP berisikan empat lagu yang direkam secara DIY, dibantu oleh lingkaran pertemanan. SEL merekamnya di kamar Makki meminjam Tascam 4 Track milik Ajo (Puppen, Cherry Bombshell, Silverglaze). “Kaset demo SEL dicetak 100 keping. Kami sablon sleeve kaset sendiri, duplikasi kaset sendiri, plus ngelipetin cover kaset sendiri,” kata Makki.

Butuh sebulan rekaman bagi SEL untuk demo EP tersebut. SEL bereksperimen sound untuk drum, gitar, keyboard, vokal, sampai sample. Mereka mencari sample unik mulai dari audio laser disc, suara api unggun, merekam sound di lokasi terminal, sampai suara desahan pornstar Tracy Lord. “Rumah sudah kayak tempat singgah karena yang datang udah kayak nggak kenal waktu,” kata Makki.

Laiknya band-band indie ketika itu, SEL pun begerilya untuk urusan distribusi kaset Demo EP mereka. “Kami sempat distribusi kaset demo SEL di tokonya Ricard Mutter,” kata Riza yang baru saja merilis ulang album dari band lainnya, Sieve – Biara. Dari 100 kaset, 50 keping dijual, 50 keping dibagikan gratis. SEL pun sampai harus menyatroni setiap terminal agar menemukan pendengar yang mereka incar. ”Kami bawa kaset di tas, naik angkot dari ujung ke ujung, sambil nungguin yang naik angkot dandanan metal atau punk. Lalu kami tanyain, “Udah pernah dengerin band ini“, sambil bilang ini kaset demo SEL dan kasih gratis buat didengerin. Kebanyakan apresiasi mereka saat itu bilang “waah nuhun nya ke urang dengekeun. band naon ieu teh. Metal?!” (terjemahannya “wah, terimakasih nanti saya dengerin yah, band apa ini Metal?!),” ungkap Makki yang masih bingung tapi takjub dengan semangat mereka ketika itu untuk mengenalkan musik SEL.

SEL meski menjadi eksponen musik mesin dari generasi lama juga mengamati pergerakan skena industrial dari band-band terbaru. Mereka juga berencana untuk mengajak sejumlah orang untuk berkolaborasi dalam musik SEL terbaru di tahun depan. “Kami dengerin band-band baru macam Pullo, Asam, atau Asylum Uniform, damn they all magnificent dan berani mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran mereka dan kami pun tidak menutup pendengaran kami untuk mendengarkan scene lainnya,” tutup Makki.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *